Merencanakan Liputan Panjang
Dalam pers, ada dua jenis liputan besar. Yang satu liputan besar yang akan dimuat bersambung, dan yang satu lagi liputan besar yang dimuat pada sekali penerbitan. Yang pertama ini umumnya dilakukan oleh
Kita bahas dulu yang pertama, karena ini lebih sederhana. Yang pertama-pertama Anda harus memilih topik yang akan diliput secara besar-besaran. Kemudian Anda inventarisasi beberapa angle (sudut pandang) dari topik ini. Setiap sudut pandang tentukan, siapa
Dan cara penulisannya adalah mengikuti out-line tadi, selesaikan setiap satu masalah (sudut pandang) sebelum berpindah kepada masalah yang lain. Dan satu masalah dimuat untuk sekali penerbitan. Esoknya sudah beralih ke masalah lain, namun tetap dalam tema liputan besar tadi.
Contoh, Anda ingin menulis tentang nasib kesenian tradisional yang tergusur oleh wajah metropolitan
Anda inventarisasi permasalahannya. WO Ngesti Pandowo tergo long unik, sudah puluhan tahun menghibur masyarakat
Tulisan pertama (yang dimuat pada hari pertama) haruslah menukik pada permasalahan besar yang menjadi pokok liputan itu. Yakni, tergusurnya Ngesti Pandowo. Ceritakan kenapa tergusur, siapa memakai lahan itu, berapa dibeli, untuk apa. Tentukan siapa
Tulisan kedua, kembali ke masa lalu, saat-saat keemasan Ngesti Pandowo sebagai kesenian tradisi yang memberi ciri sebuah
Tulisan ketiga, misalnya, nasib kesenian serupa di
Tulisan keempat: tidak bisakah sebuah gemerlap metropolitan bersanding dengan seni tradisi? Wawancarai pakar. Adakan riset kepustakaan. Kenapa di luar negeri bisa:
Untuk sebuah laporan perjalanan, Anda pun harus siap dengan out-line sebelum melakukan perjalanan itu sendiri. Apa yang akan diliput. Laporan perjalanan tak mesti ditulis dengan runtut seperti ketika Anda berjalan. Jika begitu Anda menulis akan membosankan dan sama sekali tidak menarik. Anda harus menulis permasalahannya. Misalnya, Anda ditugaskan ke Filipina menulis feature perjalanan. Rancang dari awal apa yang mau dikerjakan, pilih bagian yang menarik untuk tulisan pertama. Misalnya kehidupan demokrasi di
Liputan Besar dalam Majalah
Liputan besar dalam majalah sering disebut sebagai cover story. Artinya, cerita sampul, karena cerita/berita itulah yang dijual kepada pembacanya. Nama rubrik bisa bermacam-macam, ada Laporan Utama, ada Liputan utama, ada Forum Utama dan sebagainya. Setiap media harus kreatif mencari nama, tapi umumnya tak berkisar dari nama-nama di atas.Liputan besar itu tercermin di cover majalah/taboid. Namun, adaa penerbitan yang punya "kiat menjual" lain, seperti FORUM, Jakarta-Jakarta, Matra. Majalah ini ciri khas covernya adalah tokoh. Sebuah liputan besar, belum tentu menghadirkan tokoh yang bisa dijual, yang langsung dikenal oleh calon pembacanya. Misalnya, kasus kematian Tjetje. Siapa tokohnya yang langsung bisa dikenali calon pembeli? Tjetje tak dikenal, penyiksanya juga tidak. Kasus Udin, juga bisa dijadikan liputan besar. Tapi, kalau Udin dijadikan cover, siapa yang kenal? Atau Bupati Bantul dijadikan cover, siapa yang tahu? Karena itu cover di majalah FORUM selalu orang yang sudah dikenal oleh pembacanya, walau pun bukan dijadikan liputan besar (Forum Utama atau Forum Khusus).
Merencanakan liputan besar untuk majalah/tabloid, yang paling utama adalah kekuatan out-line-nya. Jika dari out-line sudah lemah, maka penulisan akan berantakan, bagian-bagian bisa tumpah tindih, dan peliputan di lapangan pun bisa kacau.Jika Anda sudah menentukan topik apa yang dijadikan liputan besar, segeralah buat out-line-nya. Ketika merancang out-line itu Anda sudah merasakan, apakah topik itu betul-betul bisa dijadikan laporan besar atau tidak.
Anda tentu ingin mendapatkan banyak data dan menyebar banyak wartawan. Ada yang mewawancarai tukang parkir, ada ke wali kota, ada yang mewawancarai pengusaha yang berminat ikut tender, ada yang ke polisi, ada yang mewawancarai tokoh masyarakat atau orang biasa. Bahan yang masuk tentu banyak sekali, sementara jatah halaman yang tersedia terbatas. Maka out-line sangat membantu mengatasi masalah ini. Misalnya, Anda merancangkan begini:
Bagian pertama tentu saja yang paling aktual yakni menyangkut rencana tender parkir. Berapa besar tender, bagaimana minat pengusaha, target pendapatan kotamadya dari perparkiran, bagaima na perbandingan dengan tahun lalu ketika parkir tak diborongkan.
Bagian kedua: menyangkut kebijaksanaan perparkiran. Misalnya disorot masalah hukumnya. Apakah seluruh wilayah kotamadya itu menjadi taman parkir? Kalau tidak kenapa di depan toko
Bagian ketiga: tanggapan dan pendapat masyarakat. Pemakai jalan, polisi, tukang parkir itu sendiri. Tanggapan-tanggapan seperti ini bisa ditulis dengan apa yang disebut galery, yakni Setiap orang tanggapannya tersendiri, tidak dicampur aduk.Bagian lain mungkin perlu ada wawancara khusus untuk dijadi
Mengumpulkan Data
Untuk liputan panjang, pengumpulan data menjadi penting. Biasanya, reporter yang dipakai adalah reporter senior.
Nah, setelah semua laporan terkumpul, penulisan sudah bisa dimulai. Tapi, bagaimana memulai tulisan jika data itu sedemikian banyak? Sering penulis pemula merasa bingung bagaimana memperlakukan data. Wartawan muda suka mengeluh: ''Aduh, banyak sekali bahannya, bagaimana menulisnya, ya, bingung.'' Karena itu umumn ya, penulisan untuk cover story atau peliputan-peliputan yang besar dilakukan oleh redaktur yang sudah senior.Redaktur itu akan terlebih dahulu membaca semua laporan yang masuk. Karena ada kemungkinan data yang masuk berbeda dari perencanaan. Entah karena sumbernya diganti, atau yang diperkirakan muncul dari sumber itu tentang A, ternyata yang keluar B. Itu sebabnya, besar sekali kemungkinan out-line berubah ketika semua laporan wartawan sudah datang. Perubahan itu biasanya pada bagian penunjangnya, bukan di bagian pertamanya yang merupakan round up. (Kalau bagian pertama berubah, artinya seluruh cover story berubah).Setelah diketahui bahwa laporan reporter sudah cocok dengan out-line (atau ada revisi out-line) langkah awal sebelum menulis adalah menyiangi data. Mana yang relevan untuk tulisan dan mana yang tidak. Jangan segan-segan membuang data yang tidak perlu, walau tadinya dicari dengan penuh gesit dan susah payah.
Dalam proses menyiangi ini akan terlihat apakah reportase dilengkapi dengan wawancara khusus yang merupakan bagian tersen diri, atau wawancara itu dimasukkan dalam bagian reportase, artinya menyatu dengan tulisan induk. Juga terlihat, apakah tulisan itu perlu didukung oleh grafik atau tabel untuk lebih menjelaskan pada pembaca. Ini mempengaruhi cara Anda menulis berita itu. Dalam menulis (saya tak menguraikan teknik menulis berita atau teknik menulis feature karena itu sudah dipelajari di tingkat sebelumnya) sekali lagi harus diingat: jangan segan-segan membuang data yang tidak perlu. Juga harus diingat, trend penulisan sekarang ini -- baik untuk berita maupun feature -- teknik penyajiannya sedemikian rupa sehingga orang membacanya dengan enteng dan tidak susah dipahami. Alurnya terpelihara. Orang sekarang ini semakin sibuk dan informasi sedemikian banyaknya, sehingga dalam mencari informasi itu, orang tak mau memikirkan hal-hal yang tak perlu. Karena itu, dalam sebuah liputan panjang pasti ada ''pelaku utama'' dan ''pemain figuran''. Jangan sekali-sekali memberi porsi yang besar kepada ''pemain figuran'' sehing ga menenggelamkan ''pemain utama''.
0 komentar:
Posting Komentar