Islamic Widget

Cari Blog Ini

Thx my souLmates


sbLmx aq mo mnta maaph bwt souLmates aq, kRna aq dah bwt mRka kcwa, aq menggagaLkan Rencna Xan bwt ngeRayain uLth aq,,
sbLm xan muLai acRax aq dah pLg dLuan,,


tp haRi ne (jum'at 6 juni 08) xan dah byaR utang bwt ngeRjain aq,,
puLang dR kunjngn k Riau mandiRi, xan bwt suRpRise (beneR gag tLisanx??),, pas aq kLuaR dR toiLet, xan kejutkn aq dgn mmbawa kue uLg thn yg d atasx ada Li2n bR angka 20,,sambL nyanyi Lagu sLmat uLg thn bwt aq, dan it pRtanda aq dah kpLa 2,, wah g tRasa ja,,, (untng g dkampung2,, kLo dkmpung2, usia segini dah nimang anak 2,, ho..ho,)

eh Lanjtn cRtax,, pas aq mw tiup Li2nx,, tiba2 "pLok!!" sbutiR tLoR mendaRat muLus dkpaLaq,, teRsangka utamax adaLah ITO,, awas ya!!!

Bkn hnya it aja,, tLoR2 Laenx pun mndaRt Lg, bkn hanya dgn muLusx, tp dgn kasaRx nempLok d punggungq,, "aauww!!!" dan yg ne, tRsangkax adaLh mbenk,, bupati stRezZ, dsaR,,


Tp waLopn aq dah kyk oRg giLa bw amis,, tp aq seneng..,
xan msh mw ngeRayain uLtah aq,,, thx y pLend., Luv u aLL,,

Thax foR:
ito adk ipaRq
mbenk bupatiq
tu2t adk duRhakaq
engga adkq
fani adkq
Lia adkq
adk2q dR kom 07 (maaph g bsa d absenin 1/1)

speciaL thx foR my souLmates, souL usiL
Dyah
niLa
saRi
deLa
i Luph u gaLs,,
thx bwt smax :-)

Tes uji coba


aq cb ngRim ne posting pke hape,,

bsa ga ya?

harau in love

media massa


Peranan Media Massa

Salah satu peranan media adalah mempengaruhi sikap dan perilaku orang/public. McDevitt (1996: 270) mengatakan, “Media cukup efektif dalam membangun kesadaran warga mengenai suatu masalah (isu).” Lindsey (1994: 163) berpendapat, “Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakata.” Sedangkan para pemikir sosial seperti Louis Wirth dan Talcott Parsons menekankan pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial.

Ketika menyerbu Irak pada bulan Maret 2003, salah satu unit penting yang disiapkan oleh militer Amerika Serikat adalah ‘media centre’ yang berada satu atap dengan Command and Control Centre di Qatar. Dari media centre ini, militer Amerika secara berkala memberika penjelasan tentang operasi mereka. Pemerintah Bush sadar betul bahwa unit ini, dalam banyak hal, akan membantu posisi politik mereka –baik di dalam negeri, maupun di mata dunia. Jadi, AS melancarkan perang simultan: perang piranti keras (hardware) berupa pengerahan perangkat militer, dan perang piranti lunak (software) –dalam hal ini ‘perang media massa’.

Para pemegang kekuasaan menyadari betul bahwa media massa, wartawan, jurukamera, jurufoto, perlu ‘dijadikan teman’ karena mereka memegang senjata yang jauh lebih penting dari perangkat perang yang mereka kerahkan di Irak, Afghanistan, Bosnia, dsb.

Tak sampai seminggu lalu, Presiden SBY mengundang para wartawan untuk ‘makan durian’ di satu kebun durian tak jauh dari Bogor. Apakah ini pul-kumpul omong kosong belaka? Tentu tidak. Para penasihat SBY tahu persis bahwa ‘mesin pencitraan 2009’ harus mulai bekerja sekarang dengan memanfaatkan media massa. SBY harus sudah mulai sering tampil di layar TV, terdengar di radio, terpampang di suratkabar, majalah, dsb. Sebab, pemilihan presiden 2009 ‘tidak lama lagi’.

Kemudian, kita lihat begitu banyak universitas, akademi, sekolah tinggi, pesantren, kursus-kursus, dll, yang mengiklankan diri di berbagai jenis media massa menjelang masa penerimaan mahasiswa baru. Ini semua mereka lakukan karena kesadaran bahwa media massa berperan penting untuk menjaring calon mahasiswa.

Segelintir contoh di atas terjadi karena kesadaran akan besarnya peranan media massa.

mata yang paling indah



mata yang paling indah
hanya mataku......

ibarat lirik lagunya titi dj,,, coba cari mata siapa yang paling indah???
kirim jawabannya melalui mengirimkan komentar kamu,,,, buruan ya,,,,

senyum manizzzz.....



di cari senyum termanis,,,,

ayo temukan pada gambar di sebelah,,,
lalu kirim jawabannya melalui komentar kamu,,,

ayo menulis,,,!!!!


Tips menulis di media massa

Anda sudah menulis artikel untuk kolom opini di surat kabar namun seringkali di tolak? Atau Anda baru akan memulai untuk mengirimkan artikel ke surat kabar atau majalah ? Tulisan berikut barangkali akan menjembatani beberapa kesulitan sehingga artikel Anda atau analisis Anda bisa sering dimuat.Beberapa ciri dari harian dan majalah penting untuk diingat sehingga saat memulai menulis sudah terbayangkan siapa pembacanya dan bagaimana skope medianya.

Tips di bawah ini tentu tidaklah lengkap dan bukanlah aksioma yang harus diikuti. Namun tips ini sekedar rambu-rambu yang bisa memberikan sedikit panduan mengenai menulis di media massa.

1. Aktual

Surat kabar atau majalah mingguan memiliki ciri utama aktual. Harian seperti Kompas atau Republika sangat terikat dengan waktu. Harian mencerminkan berita dan informasi setiap hari. Berita hari ini akan menjadi basi pada keesokan harinya. Koran hari ini tidak akan menjadi panduan lagi pada keesokan harinya. Jadi artikel dan opini di dalamnya pun harus dan biasanya aktual dengan kejadian yang sedang muncul. Misalnya, artikel mengenai sistem pencarian pesawat hilang akan sangat bermanfaat sekarang untuk menjelaskan mengapa di abad satelit ini sebuah pesawat AdamAir dengan 100 penumpang lebih telah beberapa hari tidak terlacak. Dengan sendirinya sebuah tulisan yang aktual dan lagi hangat dibicarakan kans untuk dimuat akan semakin besar.

2. Ringkas dan Jelas

Selain aktual, sebuah artikel diharapkan oleh pembacanya ringkas dan jelas. Ringkas artinya pembahasannya mengenai sebuah topik dilakukan secara garis besar, tidak sampai detail. Rincian angka atau teori yang teknis tidak perlu dibahas apalagi kajian mengenai teori yang berbeda-beda. Cukup satu pendekatan dan terangkan. Jelas artinya tulisan itu mencerminkan judul. Tulisan di sebuah harian karena biasanya berlaku hanya 24 jam maka uraiannya perlu sebuah kejelasan. Misalnya, tulisan dengan topik skenario hilangnya AdamAir dijelaskan dengan meminjam perbincangan para pakar mulai skenario karena cuaca buruk, skenario ledakan bom dan skenario human error. Perbincangan mengenai topik akan menarim sepanjang pesawat masih belum ditemukan.

3. Paragraf yang jelas

Sebaiknya sebuah artikel menggunakan sub judul dengan paragraf yang jelas. Paragraf mencerminkan langkah-langkah untuk menjelaskan pendapat, atau argumentasi. Sub judul kecil akan sangat membantu pembaca merangkum dengan cepat. Perlu diingat bahwa artikel di media massa bukan uraian akademis maka dibayangkan pula pembacanya bisa menjangkau semua lapias. Editor rubrik artikel ini sadar akan bayangan mengenai pembacanya ketika menerima sebuah artikel. Tidak hanya paragraf itu menjelaskan pembukaan, batang tubuh tetapi juga kesimpulan.

4. Pikirkan panjang tulisan

Sebuah tulisan di surat kabar biasanya berkisar antara empat sampai lima setengah halaman A4 dengan format dua spasi. Empat halaman sudah dianggap cukup tetapi lebih dari enam halaman dianggap bisa terlalu panjang. Ketentuan ini tentu tidak kaku tergantung kondisi pembahasan artikelnya apakah memang sangat menarik perhatian pembaca.

5. Sertakan CV singkat

Sebuah keterangan mengenai siapa Anda akan sangat banyak membantu editor untuk memutuskan apakah artikel ini ditulis seorang awam atau seorang pakar atau peneliti. Seorang spesialis di bidang teknologi penerbangan akan sangat besar kans nya untuk dimuat jika menguraikan soal teknis mengenai hilangnya pesawat AdamAir di Sulawesi Barat. Atau seorang peneliti di sebuah universitas besar di luar negeri juga akan memberikan bobot tersendiri. Namun editor juga tidak tergantung nama besar Anda tetapi juga kualitas dan kuantitas tulisan. Seorang akademisi yang menulis membosankan tidak akan banyak memberi manfaat apalagi disertakan berbagai teori yang “berat”.

6. Gaya tulisan enak dibaca

Gaya tulisan juga akan sangat mempengaruhi keputusan editor artikel. Sebuah tulisan yang diuraikan dengan gaya bahasa yang enak tetapi berbobot mungkin akan dipertimbangkan lebih lama. Untuk menemukan bagaimana gaya menulis Anda tentu dilalui dengan latihan. Meskipun gaya tulisan Anda misalnya masih kaku, asalkan cukup jelas dan ringkas, Artikel anda masih banyak peluangnya.

7 Format yang apik

Tulisan yang berbobot tidak hanya dalam uraian dan sudut pandangnya, tetapi juga dalam cara penyajiannya. Dengan digitalisasi hampir semua surat kabar dan majalah di Indonesia maka menulis dengan komputer merupakan sebuah kemestian. Tantangannya, seringkali error dalam menuliskan istilah atau tanda-tanda baca kerapkali terlewat. Biasakan dengan menulis yang apil sesuai tanda baca dan sesuai bunyi kata. Editor biasanya cepat mengetahui bagaimana tingkat kesungguhan Anda dalam menulis ketika melihat bentuk tulisan dan kesalahan gramatikal atau kesalahan pengetikan kata. Semakin banyak kesalahan menuliskan kata-kata akan semakin cepat disingkirkan dari urutan untuk dimuat.

Tips di atas tentu saja sekali lagi bukan sebuah “pakem” dimuat dan tidaknya sebuah tulisan. Adakalanya karena editor ingin sekali memuat sebuah topik yang lagi hangat dibahas dan sedikit pilihannya maka bisa jadi tulisan Anda pun lolos untuk dimuat meskipun editor harus kerja keras merombak dan mengeditnya.

promosi wajah anak2 jurnalistik komunikasi fisip unri 2006



perkenalkan kelompok cowok:
yang pake baju putih itu aRisto amandus (ito)
yang rada bulat itu nazal Rauf (nazaL)
disampingnya syarifudin (Udin, aRif)
yang sok manis eRwin guLtom (erwin)
yang kata orang mirip pangeran sin itu m.Ryan rizki (Ryan)
yang nengok rada sinis itu Yan sugiarto (yan)
yang ngelirik kebawah itu Rahmad iska (amek)


nah kelompok ceweknya ada:
yang itu saiah hoho.. silmi hidayanii fitri (silmi/ sisil)
yang ditengah nilawati asnovi (nila)
jilbab kuning itu mardhiyyah (dyah)
yang metal fitri nilam sari (nilam)
baju biri yohana fitri (yoan)
yang hormat sri masithah (sRi)

menulis berita


Merencanakan Liputan Panjang

Dalam pers, ada dua jenis liputan besar. Yang satu liputan besar yang akan dimuat bersambung, dan yang satu lagi liputan besar yang dimuat pada sekali penerbitan. Yang pertama ini umumnya dilakukan oleh surat kabar dan hampir tak pernah dilakukan oleh sebuah majalah atau tabloid berita mingguan. Liputan besar ini bisa berupa laporan perjalanan, bisa berupa liputan seminar (diskusi, lokakarya dan sejenisnya), bisa pula laporan investigasi. Tapi koran harian bisa pula memuat liputan besar yang sekali muat.

Ada perbedaan dalam perencanaan untuk kedua jenis liputan besar itu. Juga gaya penulisannya. Namun yang sama adalah liputan itu betul-betul sebuah berita besar yang punya aspek beragam. Sudut pandang pun bisa berbeda-beda atau banyak dimensi yang bisa ditampilkan. Umumnya, sebuah liputan besar adalah berita yang banyak dibicarakan di masyarakat dan menggelinding terus berhari-hari.

Kita bahas dulu yang pertama, karena ini lebih sederhana. Yang pertama-pertama Anda harus memilih topik yang akan diliput secara besar-besaran. Kemudian Anda inventarisasi beberapa angle (sudut pandang) dari topik ini. Setiap sudut pandang tentukan, siapa nara sumber yang akan diwawancarai, di mana data pendukung bisa diperoleh, riset apa yang perlu dilakukan. Kemudian buatlah out-line sebagai pedoman di mana bagian-bagian tulisan berakhir.

Dan cara penulisannya adalah mengikuti out-line tadi, selesaikan setiap satu masalah (sudut pandang) sebelum berpindah kepada masalah yang lain. Dan satu masalah dimuat untuk sekali penerbitan. Esoknya sudah beralih ke masalah lain, namun tetap dalam tema liputan besar tadi.

Contoh, Anda ingin menulis tentang nasib kesenian tradisional yang tergusur oleh wajah metropolitan kota besar. Sebelumnya harap diingat, liputan yang masuk dalam pengertian berita, haruslah mempunyai syarat sebuah berita: yakni newspeg (kaitan dengan suatu peristiwa). Anda tak bisa menulis sebuat berita apalagi sebuah liputan yang besar kalau tak dibicarakan orang atau tak ada newspeg-nya. Nah, dalam kaitan dengan contoh tadi, newspeg liputan ini adalah digusurkan wayang orang Ngesti Pandowo dari kota Semarang.

Anda inventarisasi permasalahannya. WO Ngesti Pandowo tergo long unik, sudah puluhan tahun menghibur masyarakat kota Semarang dan hampir menjadi ciri khasnya kota Semarang. Mereka digusur karena letak gedung itu strategis untuk bisnis sebuah kota metropolitan dan tentu nilai ekonomisnya besar. Lalu, apa dampaknya terhadap anak-anak wayang. Kemana mereka pergi. Bagaimana nasib kesenian serupa di kota lain. Apa kata para pakar, baik pakar kesenian maupun akar perkotaan. Nah, buatlah out-line. out-line itu misalnya begini:

Tulisan pertama (yang dimuat pada hari pertama) haruslah menukik pada permasalahan besar yang menjadi pokok liputan itu. Yakni, tergusurnya Ngesti Pandowo. Ceritakan kenapa tergusur, siapa memakai lahan itu, berapa dibeli, untuk apa. Tentukan siapa nara sumber: pimpinan Ngesti Pandowo, Walikota, investor, dll. Siapkan data pendukung: luas lahan, kapan Ngesti Pandowo lahir, bagaimana nasib kesenian itu di hari-hari terakhir.

Tulisan kedua, kembali ke masa lalu, saat-saat keemasan Ngesti Pandowo sebagai kesenian tradisi yang memberi ciri sebuah kota. Siapa pendirinya, siapa dedengkotnya, terobosan apa yang pernah dipakai di masa jaya, lalu kenapa berangsur-angsur ditinggalkan penontonnya. Sekarang bagaimana nasib anak wayang itu.

Tulisan ketiga, misalnya, nasib kesenian serupa di kota lain di Indonesia. Misalnya WO Bharata di Jakarta, Miss Tjitjih di Jakarta, Srimulat di Surabaya, dan lain-lain. Kenapa bisa hidup, siapa mensubsidi, apa kiatnya menjaring penonton, kenapa gedungnya tak diincar investor untuk bisnis dan seterusnya.

Tulisan keempat: tidak bisakah sebuah gemerlap metropolitan bersanding dengan seni tradisi? Wawancarai pakar. Adakan riset kepustakaan. Kenapa di luar negeri bisa: Tokyo punya pentas teater rakyat Kabuki, Paris, Belanda, dan kota-kota lian punya seni tradisi yang justru menjadi kebanggaan kotanya.

Untuk sebuah laporan perjalanan, Anda pun harus siap dengan out-line sebelum melakukan perjalanan itu sendiri. Apa yang akan diliput. Laporan perjalanan tak mesti ditulis dengan runtut seperti ketika Anda berjalan. Jika begitu Anda menulis akan membosankan dan sama sekali tidak menarik. Anda harus menulis permasalahannya. Misalnya, Anda ditugaskan ke Filipina menulis feature perjalanan. Rancang dari awal apa yang mau dikerjakan, pilih bagian yang menarik untuk tulisan pertama. Misalnya kehidupan demokrasi di Manila. Bagian kedua tentang Subic setelah ditinggal Amerika. Bagian ketiga kehidupan malamnya. Dan sebagainya, jadi bukan menulis perjalanan Anda dari detik ke detik.Untuk liputan panjang dari sebuah seminar internasional, mungkin lebih mudah menulisnya. Tulis setiap topik permasalahan. Jangan meloncat-loncat. Agar tulisan tidak kering, sisipkan anekdot atau masalah-masalah ringan di sela-sela laporan itu, termasuk kehidupan kota di mana seminar itu berlangsung.

Liputan Besar dalam Majalah

Liputan besar dalam majalah sering disebut sebagai cover story. Artinya, cerita sampul, karena cerita/berita itulah yang dijual kepada pembacanya. Nama rubrik bisa bermacam-macam, ada Laporan Utama, ada Liputan utama, ada Forum Utama dan sebagainya. Setiap media harus kreatif mencari nama, tapi umumnya tak berkisar dari nama-nama di atas.Liputan besar itu tercermin di cover majalah/taboid. Namun, adaa penerbitan yang punya "kiat menjual" lain, seperti FORUM, Jakarta-Jakarta, Matra. Majalah ini ciri khas covernya adalah tokoh. Sebuah liputan besar, belum tentu menghadirkan tokoh yang bisa dijual, yang langsung dikenal oleh calon pembacanya. Misalnya, kasus kematian Tjetje. Siapa tokohnya yang langsung bisa dikenali calon pembeli? Tjetje tak dikenal, penyiksanya juga tidak. Kasus Udin, juga bisa dijadikan liputan besar. Tapi, kalau Udin dijadikan cover, siapa yang kenal? Atau Bupati Bantul dijadikan cover, siapa yang tahu? Karena itu cover di majalah FORUM selalu orang yang sudah dikenal oleh pembacanya, walau pun bukan dijadikan liputan besar (Forum Utama atau Forum Khusus).

Merencanakan liputan besar untuk majalah/tabloid, yang paling utama adalah kekuatan out-line-nya. Jika dari out-line sudah lemah, maka penulisan akan berantakan, bagian-bagian bisa tumpah tindih, dan peliputan di lapangan pun bisa kacau.Jika Anda sudah menentukan topik apa yang dijadikan liputan besar, segeralah buat out-line-nya. Ketika merancang out-line itu Anda sudah merasakan, apakah topik itu betul-betul bisa dijadikan laporan besar atau tidak. Ada kalanya, ketika kita memutuskan sebuah topik menjadi liputan besar, akhirnya gugur ketika kita merancang out-line, karena ternyata tidak memenuhi syarat. Umumnya -- namun bukan harus demikian karena tergantung media itu sendiri -- out-line liputan utama terdiri dari: round up berita yang merupakan bagian pertama, penunjang berita bagian kedua (masih ada kaitan langsung dengan berita itu), analisa berita bagian ketiga (menceritakan latar belakang), penunjang berita bagian keempat (bisanya perbandingan atau contoh serupa). Kemudian untuk memberi penegasan atau penekanan pada hal-hal khusus, atau ada wawancara yang prestisius untuk disendirikan, diadakan boks.Tujuan out-line selain menggampangkan Anda mengolah data, juga memudahkan peliputan di lapangan. out-line itulah yang nantinya menjadi pedoman dalam menjabarkan penugasan ke reporter. Sehingga tugas reporter di lapangan tidak tumpang tindih. Apalagi kalau wartawan/reporter yang dilibatkan dalam liputan ini tidak satu orang, tetapi banyak orang. Banyak data yang akan masuk, banyak informasi yang datang, out-line akan membantu karena ia mengatur lalu-lintas informasi, membagi permasalahan. Begitu pula dalam menuliskan berita, Anda tinggal mengikuti out-line itu. Misalnya, Anda mau menulis masalah perpakiran di kota ini. Ada nespeg, yakni: urusan parkir akan ditenderkan oleh Walikota. Nah, sebagai seorang redaktur yang menangani proyek tulisan ini,

Anda tentu ingin mendapatkan banyak data dan menyebar banyak wartawan. Ada yang mewawancarai tukang parkir, ada ke wali kota, ada yang mewawancarai pengusaha yang berminat ikut tender, ada yang ke polisi, ada yang mewawancarai tokoh masyarakat atau orang biasa. Bahan yang masuk tentu banyak sekali, sementara jatah halaman yang tersedia terbatas. Maka out-line sangat membantu mengatasi masalah ini. Misalnya, Anda merancangkan begini:

Bagian pertama tentu saja yang paling aktual yakni menyangkut rencana tender parkir. Berapa besar tender, bagaimana minat pengusaha, target pendapatan kotamadya dari perparkiran, bagaima na perbandingan dengan tahun lalu ketika parkir tak diborongkan.

Bagian kedua: menyangkut kebijaksanaan perparkiran. Misalnya disorot masalah hukumnya. Apakah seluruh wilayah kotamadya itu menjadi taman parkir? Kalau tidak kenapa di depan toko sana ada parkir, di toko sebelahnya tidak ada? Kenapa ada parkir di trotoar, peraturan mana yang membolehkan? Kenapa tukang parkir saling bersaing, apakah karena mereka menyetor sesuai target? Adakah kemungkinan penyelewengan, karcis tak dirobek, lalu dipakai berulang-ulang. Kalau begitu siapa yang rugi, pengusaha atau kotamadya? Kenapa tukang parkir tidak digaji saja?

Bagian ketiga: tanggapan dan pendapat masyarakat. Pemakai jalan, polisi, tukang parkir itu sendiri. Tanggapan-tanggapan seperti ini bisa ditulis dengan apa yang disebut galery, yakni Setiap orang tanggapannya tersendiri, tidak dicampur aduk.Bagian lain mungkin perlu ada wawancara khusus untuk dijadi kan boks. Misalnya, tokoh itu menyoroti apa beda parkir dan penitipan motor. Kalau motor hilang, apakah tukang parkir bisa dituntut. Apakah tukang parkir itu bertanggung-jawab terhadap keamanan mobil dan motor atau mereka hanya menyediakan tempat dan untuk itu kita membayar sewa tempat.Nah, kalau out-line itu sudah jelas, Anda tak akan lari ke mana-mana tatkala menuliskan laporannya. Tanpa out-line, Anda bisa melebar ke mana-mana. Persoalan A belum selesai, Anda sudah menulis persoalan C. Kemudian ingat lagi masalah A, ditulis lagi. Tulisan jadi tak runtut. Akan terjadi pengulangan-pengulangan.

Mengumpulkan Data

Untuk liputan panjang, pengumpulan data menjadi penting. Biasanya, reporter yang dipakai adalah reporter senior. Ada kalanya banyak sekali menggunakan reporter kalau rencana liputan panjang itu sangat kepepet waktunya. Di majalah berita, di mana persaingan sangat ketat, hal ini kerap sekali terjadi. Di FORUM sebuah liputan panjang bisa dikerjakan dalam tempo hanya dua hari, sehari mengumpulkan data, sehari menulis.

Ada tiga hal penting tentang cara mengumpulkan data untuk kepentingan liputan, baik yang besar maupun yang kecil. Yakni: reportase, wawancara dan riset kepustakaan. Saya tak ingin menjelaskan hal ini berpanjang-panjang, karena materi ini tentu sudah didapatkan saat pendidikan tingkat dasar/lanjutan/pengelola. Misalnya bagaimana teknik reportase ke lapangan, bagaimana melakukan investigasi, dan sebagainya. Wawancara juga demikian ada teknik-teknik khusus yang harus dilakukan seseorang. Sejak mempersiapkan materi wawancara, mengetahui lebih banyak yang akan diwawancarai, melemparkan pertanyaan pemancing, bagaimana bertanya supaya yang diwawancarai tidak merasa diinterograsi, dan sebagainya. Semua ini tentu sudah diperoleh. Adapun tentang riset kepustakaan, ini memang tidak memerlukan teknik khusus. Dan Anda tentu tak asing dengan soal ini. Dalam membuat paper, makalah, dan natinya skripsi hal-hal seperti ini sudah pasti dilakukan. Dan itu sama saja untuk kepentingan jurnalistik. Bagaimana kita membongkar-bongkar buku untuk mencari data yang akan menunjang tulisan kita. Atau memilah-milah klip ping koran, atau menyimak brosur-brosur. Semua ini tak kalah pentingnya dengan pekerjaan wawancara atau reportase. Di penerbitan-penerbitan besar, tenaga seperti ini yang dinamai periset statusnya sama dengan wartawan. Karena mereka harus punya kejelian yang sama dengan wartawan. Bahkan mungkin lebih karena mereka umumnya lebih banyak membaca buku dan mengingat peristiwa-peristiwa. Sekarang banyak wartawan yang melakukan riset sendiri karena perangkatnya sudah canggih lewat komputer atau internet yang sudah on-line dengan berbagai sumber.

Nah, setelah semua laporan terkumpul, penulisan sudah bisa dimulai. Tapi, bagaimana memulai tulisan jika data itu sedemikian banyak? Sering penulis pemula merasa bingung bagaimana memperlakukan data. Wartawan muda suka mengeluh: ''Aduh, banyak sekali bahannya, bagaimana menulisnya, ya, bingung.'' Karena itu umumn ya, penulisan untuk cover story atau peliputan-peliputan yang besar dilakukan oleh redaktur yang sudah senior.Redaktur itu akan terlebih dahulu membaca semua laporan yang masuk. Karena ada kemungkinan data yang masuk berbeda dari perencanaan. Entah karena sumbernya diganti, atau yang diperkirakan muncul dari sumber itu tentang A, ternyata yang keluar B. Itu sebabnya, besar sekali kemungkinan out-line berubah ketika semua laporan wartawan sudah datang. Perubahan itu biasanya pada bagian penunjangnya, bukan di bagian pertamanya yang merupakan round up. (Kalau bagian pertama berubah, artinya seluruh cover story berubah).Setelah diketahui bahwa laporan reporter sudah cocok dengan out-line (atau ada revisi out-line) langkah awal sebelum menulis adalah menyiangi data. Mana yang relevan untuk tulisan dan mana yang tidak. Jangan segan-segan membuang data yang tidak perlu, walau tadinya dicari dengan penuh gesit dan susah payah.

Dalam proses menyiangi ini akan terlihat apakah reportase dilengkapi dengan wawancara khusus yang merupakan bagian tersen diri, atau wawancara itu dimasukkan dalam bagian reportase, artinya menyatu dengan tulisan induk. Juga terlihat, apakah tulisan itu perlu didukung oleh grafik atau tabel untuk lebih menjelaskan pada pembaca. Ini mempengaruhi cara Anda menulis berita itu. Dalam menulis (saya tak menguraikan teknik menulis berita atau teknik menulis feature karena itu sudah dipelajari di tingkat sebelumnya) sekali lagi harus diingat: jangan segan-segan membuang data yang tidak perlu. Juga harus diingat, trend penulisan sekarang ini -- baik untuk berita maupun feature -- teknik penyajiannya sedemikian rupa sehingga orang membacanya dengan enteng dan tidak susah dipahami. Alurnya terpelihara. Orang sekarang ini semakin sibuk dan informasi sedemikian banyaknya, sehingga dalam mencari informasi itu, orang tak mau memikirkan hal-hal yang tak perlu. Karena itu, dalam sebuah liputan panjang pasti ada ''pelaku utama'' dan ''pemain figuran''. Jangan sekali-sekali memberi porsi yang besar kepada ''pemain figuran'' sehing ga menenggelamkan ''pemain utama''.

ilmu komunikasi


KOMUNIKASI

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Komunikasi adalah suatu tindakan di mana seseorang memberikan atau menerima dari orang lain informasi tentang kebutuhan, keinginan, persepsi, pengetahuan atau kondisi afektif. Komunikasi dapat bersifat sengaja maupun tidak disengaja, dapat menyangkut sinyal-sinyal kovensional maupun tidak konvensional, dan dapat terjadi lewat modus lisan maupun lain-lainnya.

Jadi, kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Percakapan bisa dikatakan komunikatif apabila keduanya mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.

Komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yaitu agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.

Komunikasi menurut para ahli, adalah

- Menurut Bernard Berelson, komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan mengunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya.

- Menurut Carl I.Hovland, komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).

- Menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

- Menurut Laswell, komunikasi pada dasanya merupakan pada prosesnya, siapa mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan pengaruh bagaimana.

  1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang mengunakan lisan. Komunikasi verbal merupakan bentuk komunikasi yang sangat efisien yang memberikan kesempatan berlangsungnya penularan informasi kompleks dari seseorang kepada orang lain.

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal mengunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang mewakili kata-kata itu.

Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi :

  • Penamaan (naming atau labeling)

Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

  • Interaksi

Fungsi interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

  • Transmisi informasi

Melalui bahasa informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Setiap hari kita menerima informasi. Keistimewaan bahasa sebagai sarana tranmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Hubungan Komunikasi dengan Komunikasi Verbal

Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu. Seperti orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan lain sebagainya. Tidak semua kata yang tersedia untuk menunjuk suatu objek. Satu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Oleh karena itu, ada kalanya kita sulit menamai suatu objek. Pesan verbal sering digunakan untuk menerangkan sesuatu yang bersifat faktual-deskriptif-rasional.

Komunikasi verbal juga berfungsi untuk mengendalikan lingkungan dan memudahkan berkomunikasi dengan orang lain dan berbagi pengalaman serta pengetahuan dengan mereka. Bahkan komunikasi itu terjadi dengan tidak sengaja. Bisa saja sesuai dengan isi hati atau perasaannya. Mungkin dengan tidak sengaja seseorang itu menulis sesuatu yang terasa dalam hatinya.

Jika kita hidup didunia ini tanpa berkomunikasi, maka dunia ini akan hampa. Setiap hari manusia pasti melakukan komunikasi, salah satu komunikasi yang dilakukan manusia yaitu komunikasi verbal Hubungkan antara komunikasi dengan verbal sangat kuat. Komunikasi itu sangat beragam. Setiap hari manusia pasti melakukan bercakap-cakap, dan menulis. Seorang manusia akan merasa tidak hidup jika tidak melakukan berkomunikasi.

. Dengan adanya komunikasi suatu masalah yang besar dapat dipecahkan dengan cara bermusyawarah. Jika kita bertemu dengan se

Komunikasi verbal terlihat pada proses encoding-transmisi informasi-decoding - feedback. Proses encoding aktivitas awal komunikator merumuskan isi informasinya ke dalam satu ragam bahasa lalu penyebaran pesan/ amanat/ informasi kepada komunikan untuk ditafsirkan sehingga isi informasi dimengerti. Akhirnya oleh komunikan direspons berupa jawaban yaitu umpan balik.

Pada komunikasi verbal memungkinkan untuk terjadinya umpan-balik antara komunikator dengan komunikan itu sangat besar. Sehingga pesan yang diterima oleh komunikan lebih jelas dan langsung dimengerti.

  1. Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang mengunakan isyarat, sikap badan, ekspresi wajah. Komunikasi yang tidak dilengkapi dengan berbagai tambahan seperti yang terjadi pada percakapan telpon, akan menyulitkan dalam penginterpretasian dan pengertian.

Komunikasi non verbal atau lebih diartikan sebagai komunikasi bahasa tubuh merupakan alat komunikasi yang tidak kalah pentingnya bahkan banyak dimanfaatkan dalam berkomunikasi pada dunia modern saat ini.

Hubungan Komunikasi dengan Komunikasi Non-Verbal

Pesan-pesan non-verbal sangat berpangaruh dalam komunikasi. Sebagaimana kata-kata, kebanyakkan isyarat non-verbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Namun ada, sedikit saja isyarat non-verbal merupakan bawaan. Kita semua lahir dan mengetahui bagaimana tersenyum. Namun, kebanyakan ahli sepakat bahwa dimana, kapan, dan kepada siapa kita menunjukkan emosi ini dipelajari, dan karenanya dipengaruhi oleh konteks dan budaya.

Perilaku non-verbal bersifat spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan diluar kesadaran dan kendali. Pada komunikasi non-verbal, banyak digunakan tanda-tanda yang tidak jelas. Seperti bentuk ekspresi wajah tertentu bisa berarti penangungan rasa sakit, namun bisa berarti pula kegembiraan yang luar biasa.

Dalam suatu budaya terdapat variasi bahasa non-verbal, misalnya bahasa tubuh, bergantung pada jenis kelamin, agama, usia, pekerjaan, pendidikan, kelas sosial, tingkat ekonomi, lokasi geografis, dan lain sebgainya.

Non-verbal merupakan penekanan dari verbal. Telah diucapkan juga diperkuat dengan bantuan gerak tubuh. Komunikasi dengan komunikasi non-verbal sangat berpengaruh. Jika dalam menyampaikan sesuatu susah untuk dimengerti maka diperkuat dengan isyarat. Agar pesan yang disampaikan mudah dimengerti dan langsung diterima oleh audience.

Komunikasi non-verbal bisa dikatakan komunikasi yang paling jujur. Misalnya dengan ekspresi wajah, akan terlihat isi hati atau perasaan seseorang itu bagaimana. Walaupun orang itu berkata tidak. Pesan non-verbal itu susah untuk dikendalikan, namun komunikasi non-verbal itu terjadi di luar kesadaran.

Binatang berkomunikasi dengan cara-cara non-verbal, yaitu dengan mengunakan indera penciuman, sentuhan, penglihatan, dan pendengaran, pada manusia, sebagian terbesar komunikasi berlangsung dengan cara-cara yang verbal, namun kita juga tidak kehilangan kemampuan untuk mengunakan komunikasi non-verbal yang memainkan sejumlah fungsi.

ilmu komunikasi


KOMUNIKASI

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Komunikasi adalah suatu tindakan di mana seseorang memberikan atau menerima dari orang lain informasi tentang kebutuhan, keinginan, persepsi, pengetahuan atau kondisi afektif. Komunikasi dapat bersifat sengaja maupun tidak disengaja, dapat menyangkut sinyal-sinyal kovensional maupun tidak konvensional, dan dapat terjadi lewat modus lisan maupun lain-lainnya.

Jadi, kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Percakapan bisa dikatakan komunikatif apabila keduanya mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.

Komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yaitu agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.

Komunikasi menurut para ahli, adalah

- Menurut Bernard Berelson, komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan mengunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya.

- Menurut Carl I.Hovland, komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).

- Menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

- Menurut Laswell, komunikasi pada dasanya merupakan pada prosesnya, siapa mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan pengaruh bagaimana.

  1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang mengunakan lisan. Komunikasi verbal merupakan bentuk komunikasi yang sangat efisien yang memberikan kesempatan berlangsungnya penularan informasi kompleks dari seseorang kepada orang lain.

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal mengunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang mewakili kata-kata itu.

Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi :

  • Penamaan (naming atau labeling)

Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

  • Interaksi

Fungsi interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

  • Transmisi informasi

Melalui bahasa informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Setiap hari kita menerima informasi. Keistimewaan bahasa sebagai sarana tranmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Hubungan Komunikasi dengan Komunikasi Verbal

Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu. Seperti orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan lain sebagainya. Tidak semua kata yang tersedia untuk menunjuk suatu objek. Satu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Oleh karena itu, ada kalanya kita sulit menamai suatu objek. Pesan verbal sering digunakan untuk menerangkan sesuatu yang bersifat faktual-deskriptif-rasional.

Komunikasi verbal juga berfungsi untuk mengendalikan lingkungan dan memudahkan berkomunikasi dengan orang lain dan berbagi pengalaman serta pengetahuan dengan mereka. Bahkan komunikasi itu terjadi dengan tidak sengaja. Bisa saja sesuai dengan isi hati atau perasaannya. Mungkin dengan tidak sengaja seseorang itu menulis sesuatu yang terasa dalam hatinya.

Jika kita hidup didunia ini tanpa berkomunikasi, maka dunia ini akan hampa. Setiap hari manusia pasti melakukan komunikasi, salah satu komunikasi yang dilakukan manusia yaitu komunikasi verbal Hubungkan antara komunikasi dengan verbal sangat kuat. Komunikasi itu sangat beragam. Setiap hari manusia pasti melakukan bercakap-cakap, dan menulis. Seorang manusia akan merasa tidak hidup jika tidak melakukan berkomunikasi.

. Dengan adanya komunikasi suatu masalah yang besar dapat dipecahkan dengan cara bermusyawarah. Jika kita bertemu dengan se

Komunikasi verbal terlihat pada proses encoding-transmisi informasi-decoding - feedback. Proses encoding aktivitas awal komunikator merumuskan isi informasinya ke dalam satu ragam bahasa lalu penyebaran pesan/ amanat/ informasi kepada komunikan untuk ditafsirkan sehingga isi informasi dimengerti. Akhirnya oleh komunikan direspons berupa jawaban yaitu umpan balik.

Pada komunikasi verbal memungkinkan untuk terjadinya umpan-balik antara komunikator dengan komunikan itu sangat besar. Sehingga pesan yang diterima oleh komunikan lebih jelas dan langsung dimengerti.

  1. Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang mengunakan isyarat, sikap badan, ekspresi wajah. Komunikasi yang tidak dilengkapi dengan berbagai tambahan seperti yang terjadi pada percakapan telpon, akan menyulitkan dalam penginterpretasian dan pengertian.

Komunikasi non verbal atau lebih diartikan sebagai komunikasi bahasa tubuh merupakan alat komunikasi yang tidak kalah pentingnya bahkan banyak dimanfaatkan dalam berkomunikasi pada dunia modern saat ini.

Hubungan Komunikasi dengan Komunikasi Non-Verbal

Pesan-pesan non-verbal sangat berpangaruh dalam komunikasi. Sebagaimana kata-kata, kebanyakkan isyarat non-verbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Namun ada, sedikit saja isyarat non-verbal merupakan bawaan. Kita semua lahir dan mengetahui bagaimana tersenyum. Namun, kebanyakan ahli sepakat bahwa dimana, kapan, dan kepada siapa kita menunjukkan emosi ini dipelajari, dan karenanya dipengaruhi oleh konteks dan budaya.

Perilaku non-verbal bersifat spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan diluar kesadaran dan kendali. Pada komunikasi non-verbal, banyak digunakan tanda-tanda yang tidak jelas. Seperti bentuk ekspresi wajah tertentu bisa berarti penangungan rasa sakit, namun bisa berarti pula kegembiraan yang luar biasa.

Dalam suatu budaya terdapat variasi bahasa non-verbal, misalnya bahasa tubuh, bergantung pada jenis kelamin, agama, usia, pekerjaan, pendidikan, kelas sosial, tingkat ekonomi, lokasi geografis, dan lain sebgainya.

Non-verbal merupakan penekanan dari verbal. Telah diucapkan juga diperkuat dengan bantuan gerak tubuh. Komunikasi dengan komunikasi non-verbal sangat berpengaruh. Jika dalam menyampaikan sesuatu susah untuk dimengerti maka diperkuat dengan isyarat. Agar pesan yang disampaikan mudah dimengerti dan langsung diterima oleh audience.

Komunikasi non-verbal bisa dikatakan komunikasi yang paling jujur. Misalnya dengan ekspresi wajah, akan terlihat isi hati atau perasaan seseorang itu bagaimana. Walaupun orang itu berkata tidak. Pesan non-verbal itu susah untuk dikendalikan, namun komunikasi non-verbal itu terjadi di luar kesadaran.

Binatang berkomunikasi dengan cara-cara non-verbal, yaitu dengan mengunakan indera penciuman, sentuhan, penglihatan, dan pendengaran, pada manusia, sebagian terbesar komunikasi berlangsung dengan cara-cara yang verbal, namun kita juga tidak kehilangan kemampuan untuk mengunakan komunikasi non-verbal yang memainkan sejumlah fungsi.

baju,,,baju,,,



warna dasar ungu, yang bisa digunakan baik cewek maupun cowok. pada dasarnya desain baju ini hanya memainkan brush di beberapa tempat,,,,

kaos warna ungu


 


Tips Memperkenalkan Blog

Jika kita sudah mempunyai blog baru, tentu saja kita ingin teman-teman kita mengetahuinya berkunjung ke web kita. Nah, kalo gak pernah dipublikasikan/ diperkenalkan, tentu saja teman-teman kita tidak akan tahu kalau kita punya blog.

Bagaimana langkah awal kita untuk mempublikasikan blog? Dengan mengirim message ke semua teman kita? Bisa-bisa malah kita dianggap spammer. Jadi kita perlu cara-cara yang ’sopan’ :)Antara lain adalah sebagai berikut.

1. Kita pasti punya email kan? Sering/pernah kirim2 email juga tentu. Atau malah join di mailing-list. Nah, secara halus kita bisa ngasitau alamat blog kita ke si penerima email tersebut.

Caranya, dengan menambahkan alamat blog sebagai signature/footer saatmenulis email.

Contoh:

Salam Hangat,

sisil

http://sisil-masterpiece.blogspot.com

2. Friendster (atau Multiply atau layanan sejenis) punya juga kan? Di bagian About (di Profile kita), jangan lupa tuliskan juga alamat blog kita. Lalu jika sedang berkirim-kirim message, jangan lupa tambahkan signature seperti poin 1 di atas.

3. Suka online via Yahoo Messenger? (atau GoogleTalk dan sebagainya). Saat sedang online, tulis status kita dengan menyertakan link ke blog kita. Teman yang melihat akan langsung bisa nge-klik alamat tersebut di status YM. Jadi tidak perlu mengirim message ke seluruh teman chat kita.

Misal status:

Kunjungi weblog-ku http://namablogmu.blogspot.com

4. Bergabunglah dengan situs komunitas blogger, seperti yang sudah ditulis ini. Bisa nambah temen, bisa minta diajarin sama yang lebih jago, gak ketinggalan berita, dan yang pasti dgn semakin bertambahnya teman blogger kita maka otomatis akan menambah pengunjung blog kita ;)

5. Jika langkah-langkah awal sudah dicoba, kita juga bisa mendaftar di direktori kumpulan blogger. Misal:

  • www.kampungblog.com
  • www.blog-indonesia.com
  • www.technorati.com

6. Blogwalking-lah dan saling menyapa atau pun berkomentar di blog lain, jangan lupa dengan meninggalkan ‘jejak’ (alamat blog).

Catatan: rajin-rajinlah mengupdate blog, setidaknya seminggu sekali. Jika blog kita jarang di-update, pengunjung yang sudah datang akan kecewa karena tidak menemukan tulisan baru, dan selanjutnya jadi malas berkunjung lagi.

Selamat mencoba ;)

Jurnalistik


JURNALISTIK

Pengertian Jurnalistik

Kegiatan jurnalistik sebenarnya telah lama dikenal manusia di dunia ini. Betapa tidak, kegiatan dimaksud selalu hadir di tengah-tengah masyarakat, sejalan dengan kegiatan pergaulan hidupnya yang dinamis, terutama sekali dalam masyarakat modern sekarang ini.

Kita ambil contoh kegiatan jurnalistik dari sejarah perdaban manusia. Kita kenal orang Yunani, beribu tahun sebelum Masehi, menggunakan nyala obor sebagai isyarat yang dapat dilihat oleh rekannya yang berada jauh dari tempatnya. Orang-orang Indian menggunakan asap untuk mengirimkan informasi kepada rekan-rekannya yang berada jauh.

Orang pun mengorek sepotong batang kayu agar berbunyi bila ditabuh, dan bunyinya dapat didengar dari jauh. Alat itu pun digunakan untuk memberitahukan sesuatu kejadian atau menyampaikan informasi yang perlu diperhatikan semua atau segolongan orang.

Dari beberapa contoh tadi kiranya bisa dipahami, bahwa kegiatan jurnalistik itu lahir karena adanya kehendak manusia untuk menyampaikan atau memberitahukan peristiwa, data, informasi maupun fakta yang ia temukan kepada orang lain atau penerusnya. Demikian pula filosofi lain mengatakan, bahwa jurnalistik merupakan upaya membuat semua orang menjadi tahu apa yang belum diketahuinya.

Melalui kacamata kemasyarakatan atau sosiologi, gejala demikian merupakan sifat yang wajar pada manusia sebagai makhluk sosial, di mana pun dirinya berada selalu ada rasa ingin melakukan sosialisasi dengan lingkungannya.

Dalam pengalaman kehidupannya, manusia selalu dipengaruhi oleh empat faktor sosialisisi, yaitu hereditas (warisan biologis), warisan sosial, lingkungan hidup, dan kelompok (Polak, 1974:13).

Manusia memperoleh hereditas dalam bentuk bakat untuk belajar dan mengajar yang berfungsi sebagai pertumbuhan kebudayaannya. Kebudayaan tercipta karena adanya pengembangan bakat manusia yang terpenting, yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lainnya, yakni berbicara. Melalui bicara, manusia memberitahukan hal-hal yang baru dalam pengalamanannya kepada rekannya. Dengan bicara pula manusia mencari tahu hal-hal yang ingin diketahuinya dari rekannya.

Dengan bakat untuk belajar itu pula daya pikir manusia berkembang makin maju sesuai dengan situasi dan kondisi yang mereka alami dan hadapi. Kebudayaan pun tumbuh sehingga dapat membentuk dirinya sesuai dengan alam lingkungan sekitarnya. Ini berarti manusia dapat berpikir atas pengaruh yang diperoleh dari situasi dan kondisi alam lingkungannya. Mereka berpikir dan menciptakan suatu budaya yang cocok dengan alam sekitarnya.

Dengan perkembangan manusia itu, warisan sosial diperolehnya melalui interaksi dengan para tetangga, kawan sepermainan, masyarakat sekitar, dan sebagainya. Dalam lingkungan kelompoknya ia dihadapkan pada benda-benda, anggapan-anggapan, problem-problem, nilai-nilai, dan sebagainya.

Dengan kegiatan interaksi itu, manusia menyampaikan pesan berupa buah pikiran, gagasan, ataupun pernyataan lainnya yang bisa mempengaruhi manusia lainnya untuk tujuan tertentu. Sesuai dengan perkembangan bakat untuk belajar tadi, pesan yang disampaikan manusia pun tidak lagi terbatas pada bicara, melainkan juga menggunakan lambang-lambang lainnya yang dinyatakan dalam bentuk tulisan, gambar, isyarat, gerak, dan sebagainya.

Kadang beberapa jenis pernyataan tersebut dipadukan menjadi satu paket pesan sesuai dengan tujuan si penyampainya. Apabila pesan dimaksud ditujukan untuk menyajikan berita tentang kegiatan dan atau peristiwa yang terjadi sehari-hari kepada umum, maka itulah pengolahan pesan yang selama ini kita sebut jurnalistik. Sedangkan penyampaian pesan itu sendiri kepada umum dikenal sebagai proses komunikasi.

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, communicare, yang berarti “memberitahukan” atau “berpartisipasi”. Selain itu, dalam bahasa Latin pula kita mengenal istilah communi yang bermakna ‘milik bersama’ atau ‘berlaku di mana-mana’. Dalam bahasa Inggris pun dikenal istilah communication yang secara denotatif berarti hubungan, kabar, atau pemberitahuan. Secara konotatif, dapat diartikan sebagai “suatu proses pemberitahuan yang mengarah pada terwujudnya persamaan makna terhadap apa yang diberitahukan itu”.

Carl Hovland, yang dikenal sebagai “Bapak Komunikasi”, melalui bukunya, Social Communication, mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana seseorang insan (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya berupa lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku insan-insan lainnya (komunikan). Jelasnya ia mengatakan bahwa communication is the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usualy verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (the communicatees).

Harold Lasswell melalui tulisannya “The Structure and Function of Communication in Society” dalam Wilbur Schramm, Mass Communication, memberikan paradigma yang menyatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan: who says what in which channel to whom whit what effect? Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media, yang menimbulkan efek (akibat) tertentu.

Dari kedua pendapat itu bisa dilihat adanya unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi itu, yakni: komunikator, komunikan, pesan media, dan efek (akibat). Sedangkan menurut Wilbur Schramm dalam bukunya melalui bukunya, How Communication Works (Onong, 1973: 39) mengatakan bahwa komunikasi selalu menghendaki adanya paling sedikit tiga unsur: sumber (source), pesan (massage), dan sasaran (destination).

Sumber dapat merupakan perorangan (seseorang yang sedang berbicara, menulis, menggambar, melakukan suatu gerak-gerik) atau sebuah organisasi komunikasi (seperti surat kabar, biro publikasi, studio televisi, studio radio, studio film, dan sebagainya).

Pesan atau massage dapat berwujud tinta di atas kertas, gelombang radio di udara, daya tekan dalam aliran listrik, lambaian tangan, kibaran bendera, atau tanda-tanda lain yang bila ditafsirkan mempunyai arti tertentu. Sasaran dapat merupakan seorang yang sedang mendengarkan, memperhatikan, atau membaca, bisa juga berupa para anggota kelompok diskusi, hadirin yang sedang mendengarkan ceramah, penonton sepakbola, anggota gerombolan (mob), atau anggota kelompok khusus yang kita sebut massa (mass audience) seperti pembaca surat kabar atau penonton televisi.

Dari sisi lain. Adinegoro (1966: 26) melihat adanya sumber informasi yang menjadi bahan bagi komunikator untuk membuat pesan yang akan dinyatakannya. Selain itu, Adinegoro menegaskan bahwa seseorang mengemukakan pernyataannya karena ada maksud-maksud tertentu.

Setiap peristiwa, fakta, dan data yang ada di alam semesta ini selalu menarik perhatiain komunikator yang adalah manusia itu sendiri. Karena manusia merupakan makhluk sosial yang selalu ingin mengetahui segala hal yang ada di sekitarnya dan ingin menyampaikan segala isi hati atau buah pikirannya, maka segala realita yang ada di sekitarnya atau ada hubungan dengan kepentingannya selalu menjadi perhatiannya.

Semua realita tersebut diterima atau diminati pancainderanya sehingga memberikan kesan pada otaknya. Kemudian otak mengolah kesan tersebut dengan menyadikannya (to encode) ke dalam bentuk buah pikiran yang diwujudkannya berupa pernyataan. Karena itu pula Wilbur Schramm (1954: 110) menyebut komunikator sebagai encoder.

Sedangkan Adinegoro (1963:11) menyatakan bahwa buah pikiran hasil karya otak itu merupakan gambaran realita di alam semesta yang dipindahkan dari dunia nyata ke dunia khayal. Segala realita dari benda, gejala, atau keadan alam semesta itu dipindahkan atau diterjemahkan dari dunia konkrit ke dunia abstrak. Adapun proses pemindahan atau penerjemahan dimaksud tiada lain adalah proses penyandian yang dimaksudkan oleh Wilbur Schramm tadi.

Pernyataan itu, yang menurut Adinegoro tergolong dalam jenis tulisan, lisan, gambar, isyarat, gerakan, dan lambang tadi, selanjutnya diramu menjadi suatu paket pesan. Pesan yang disampaikan tersebut mengacu kepada tujuan tertentu dari si komunikator. Apabila sampai pada sasaran atau komunikan (decoder) melalui media (sarana penyaluran) denga tujuan tertentu dari komunikator, pesan itu akan ditafsirkan komunika serta dipertimbangkan penerimaan atau penolakannya. Atas penerimaan atau penolakannya itu, komunikan menunjukkan perubahan, dalam arti akibat (efek) datangnya pesan atau komunikasi tadi.

Dalam hal ini tampak ada akibat yang sama dengan tujuan (berubah ke arah yang dikehendaki komunikator), dan ada pula yang tidak sama dengan tujuan (perubahan tidak dikehendaki komunikator). Kalau hal tersebut terjadi, si komunikator akan mengubah pesannya kembali sedemikian rupa sehingga pesan gantinya itu bisa diterima (mempengaruhi) komunikan sesuai dengan yang diinginkannya. Demikian seterusnya, komunikasi itu berjalan hingga dicapai titik kesamaan makna terhadap pesan yang disampaikan komunikatornya, Wilbur Schramm mengatakan bahwa komunikasi itu berhasil (well tuned).

Dari proses terjadinya komunikasi itu, dijelaskan bahwa proses komunikasi itu berlangsung dengan melibatkan tujuh unsur komunikasi, yaitu: sumber, komunikator, pesan, media, komunikan, tujuan, dan akibat.

Tergolong ke dalam pesan komunikasi, kita temukan antara lain apa yang disebut produk jurnalistik, berupa pemberitahuan melalui media cetak atau media elektronik. Dengan demikian komunikasi jurnalistik merupakan karya yang dibentuk komunikator sebagai upaya mencapai tujuan komunikasinya. Dengan kata lain, produk jurnalistik dibentuk melalui suatu keterampilan atau seni yang disebut jurnalistik dengan tujuan mempengaruhi komunikan (khalayak) sesuai dengan kehendak komunikator.

Jurnalistik merupakan salah satu bentuk karya atau keterampilan manusia dalam berkomunikasi, sedangkan komunikasi merupakan karsa manusia itu sendiri. Onong Uchjana Effendy (1984: 10) menggolongkan jurnalistik sebagai salah satu metode komunikasi, yaitu suatu keterampilan atau seni dalam upaya mencapai tujuan komunikasi (apa yang dicita-citakan komunikator).

Dari segi perkembangannya para pakar sejarah mencatat bahwa kegiatan jurnalistik dimulai pada zaman jayanya kerajaan Romawi kuno, saat di bawah kekuasaan Raja Julius Caesar. Pada masa itu kegiatan jurnalistik dilakukan oleh para budak belian yang disuruh majikannya mengutip informasi tentang segala peristiwa waktu itu hari itu, yang berkaitan dengan status majikannya dan dimuat (diberitakan) dalam acta diuna yang dipasang di Forum Romanum (Stadion Romawi).

Semula tugas ini dilaksanakan hanya untuk kepentingan majikannya semata. Namun demi kebutuhan masyarakat lainnya akan berita, atas prakarsa budak belian itu pula kutipannya diperbanyak untuk dijual kepada mereka yang memerlukannya. Biasanya para budak belian yang melakukan perkerjaan itu disebut diurnarius (dalam arti tunggal) atau diurnarii (dalam arti jamak).

Jadi, boleh dikatakan bahwa istilah jurnalis berasal dari diurnarius atau diurnarii, yang artinya orang yang mencari dan mengolah (mengutip dan memperbanyak) informasi dan untuk kemudian dijual kepada mereka yang membutuhkannya. Dengan demikian, istilah jurnalistik mengandung pengertian keterampilan atau karya seni para jurnalis, dalam arti mencari (informasi), memilih dan mengumpulkan (bahan berita), serta mengolah (naskah) berita untuk memenuhi kebutuhan khalayaknya.

Dari pengertian tadi, yaitu menurut kacamata etimologi, komunikasi, dan sejarah perkembangannya, disimpulkan bahwa di dalam istilah jurnalistik terkandung makna sebagai suatu seni atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi dalam bentuk berita secara indah agar dapat diminati dan dinikmati sehingga bermanfaat bagi segala kebutuhan pergaulan hidup khalayak.

Agama Islam telah mengajarkan manusia wajib berkomunikasi dengan Allah Swt dan dengan sesamanya (Al-Quran [3]: [112]) serta wajib mengajak (mempengaruhi) manusia agar berbuat amal ma’ruf nahi mungkar (Al-Quran [3]: 104 dan 110). Bahkan konotatif dari pemberitahuan pun dijelaskan Allah Swt dalam Al-Quran sebagai kewajiban untuk saling tolong menolong dalam kebaikan (Al-Quran [5]: 2).

Lebih tegas lagi, Nabi Besar Muhammad Saw beramanah kepada umatnya agar selalu menyampaikan informasi walaupun hanya sepotong ayat (Hadist riwayat Muslim). Dari ajaran tersebut menunjukkan bahwa jurnalistik merupakan kewajiban bagi semua umat di dunia ini.

Definisi Jurnalistik

Definisi yang tepat dapat dijadikan titik tolak atau pedoman berfikir dalam memahami aspek yang terkait dengan apa yang disebut jurnalistik itu. Adinegoro (1963: 32-33) menuntut delapan syarat untuk membuat definisi ilmiah yang tepat, yaitu:

  1. Di dalam definisi itu tidak boleh mengulang kata atau nama yang harus diterangkan (didefinisikan),
  2. Pernyataan definisinya tidak boleh negatif, melainkan harus positif (bukan pernyataan yang menyangkal),
  3. Di dalam definisinya tidak boleh ada pernyataan bertentangan,
  4. Definisi harus menerangkan keseluruhan aspek yang terkait, tidak hanya bagiannya saja yang diceritakan,
  5. Jangan menggunakan ibarat,
  6. Sifat-sifat yang tidak menentukan jangan dimasukkan ke dalam definisi itu,
  7. Sifat-sifat yang menentukan harus dirumuskan sependek mungkin,
  8. Definisi itu harus bias dibalikkan dengan tidak berubah artinya (definito sit convertibus).

Adapun wujud definisi itu sendiri memiliki ciri-ciri: (a) berbentuk pernyataan berupa kalimat yang terdiri dari anak kalimat, yaitu yang diterangkan dan menerangkan; (b) di antara kedua anak kalimat tersebut digunakan kata kopula (adalah atau ialah); (c) uraiannya bersifat teoritis dan abstrak.

Dari uraian tersebut dapat diketahui definisi dari jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, dan perilaku khalayak sesuai dengan kehendak jurnalisnya.

Menurut Adinegoro dalam bukunya, publistik dan Djurnalistik (1963: 38) membedakan jurnalistik dan publistik dengan penegasan bahwa jurnalistik adalah kepandaian yang praktis, sedangkan publistik adalah kepandaian yang ilmiah. Sebagai kepandaian praktis, jurnalistik adalah salah satu obyek di samping obyek-obyek lainnya dari ilmu publistik, yang mempelajari seluk beluk penyiaran berita-berita dalam keseluruhannya dengan meninjau segala saluran, bukan saja pers, tapi juga radio, televisi, film, teater, rapat-rapat umum dan sebagainya.

Astrid S Susanto dalam bukunya Komunikasi Massa (1986: 73) mendefinisikan jurnalistik sebagai kejadian pencatatan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari. Menurut Onong Uchjana Effendy (1981: 102) menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat.

A W Widjaja (1986: 27) menyebutkan bahwa jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya. Mantan Pimpinan Umum harian Indonesia Express, Djen Amar (1984: 30) mendefinisikan jurnalistik sebagai kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.

Webster’s World University Dictionary menjelaskna jurnalistik sebagai “The occupation of editing and writing for newspaper and magazines” (Adams, 1965: 529). Sebaliknya Ensiklopedi Indonesia menerangkan jurnalistik sebagai bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala dengan menggunakan sarana penerbitan yang ada.

Pada tahun 1950-an jurnalistik dikelompokkan (Shadily, 1982: 1609) sebagai:

1. Sarana (media):

a. Media cetak: jurnalistik harian, majalah dan Kantor Berita

b. Media elektronik: jurnalistik radio, televisi, dan film

2. Bidang kerja: dalam negeri, luar negeri, parlemen, ekonomi, keuangan, olahraga, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain.

Rosihan Anwar (1974: 10) dalam bukunya yang berjudul Ihwal Jurnalistik, menceritakan bahwa di Amerika Serikat ada orang-orang yang mengatakan bahwa jurnalism is not a game, kewartawanan itu bukan suatu permainan. Ia mempunyai tujuan sosial yang serius

Dengan menggunakan kemerdekannya, pers di amerika merupakan senjata yang paling berkuasa untuk menjaga dan melindungi kebebasan rakyat, membetulkan apa yang salah dan yang tidak adil, serta memerangi kejahatan. Sejak tahun 1917 masyarakat pers Amerika memberikan hadiah Pulitzer kepada mereka yang menulis berita-berita atau cerita-cerita yang memberikan inspirasi dalam membokar korupsi, membela orang-orang yang tidak bersalah, dan mempertahankan hak asasi manusia (HAM).

Guru besar bidang jurnalistik pada Universitas New York, F Fraser Bond (1961: 1), menyatakan bahwa kini istilah jurnalistik mengandung makna semua usaha di mana dan melalui mana berita-berita serta komentar-komentar tentang suatu kejadian sampai kepada publik.

Menurutnya, semua peristiwa di dunia yang kejadiannya menarik perhatian publik, serta merupakan pendapat, aksi, maupun buah pikiran, akan merangsang seorang wartawan untuk meliputnya guna dijadikan bahan berita. Dikutipnya pula pendapat Leslie Stephens yang menyatakan bahwa jurnalistik merupakan penulisan tentang hal-hal yang penting dan tidak kita ketahui.

Seorang redaktur majalah Time, Erik Hodgins, menyatakan bahwa jurnalistik sebagai pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama dan cepat dalam membela kebenaran dan keadilan berpikir, yang selalu dapat dibuktikan.

Dari semua pendapat dari para pakar mengenai definisi jurnalistik, ternyata tidak terlepas dari ciri utamanya yang hakiki bagi jurnalistik yang dimaksudkannya, yaitu keterampilan atau seni menyusun pemberitahuan, penyampaiannya yang menarik perhatian, serta bertujuan mempengaruhi khalayak atau publiknya.

Dari semua pendapat yang berbeda tersebut, dapat disimpulkan bahwa jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan khalayaknya. Indah di sini punya arti dapat diminati dan dinikmati sehingga bisa mengubah sikap, sifat, pendapat, dan tingkah laku khalayaknya.

Sejarah Perkembangan Jurnalistik

Perkembangan jurnalistik dimulai dari perkembangan publistik sebagai pengetahuan kemasyarakatan dalam bidang pernyataan antar manusia. Namun, gejalanya sudah tampak. Berdasarkan pada sifat manusia yang selalu menghubungkan diri dan mencari hubungan dengan sesama serta lingkungannya, menunjukkan bahwa karya publistik itu mempunyai usia yang sama dengan umur manusia itu sendiri.

Adapun usaha untuk melaksanakan hubungan antar manusia di antaranya adalah saling menyatakan atau menyiarkan dan saling menerima gerak kehendak serta cipta rasanya masing-masing hingga dalam perkembangan peradabannya timbul berbagai macam pengetahuan, seperti: ilmu retorika, ilmu tulis menulis, karang mengarang, penerangan, propaganda, seni drama, dan sebagainya.

Perkembangan serta pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan tersebut menggunakan perkembangan dan kemajuan keperluan manusia terhadap hubungan dan pengertian satu sama lainnya, atau terhadap rasa dan kesadaran bermasyarakat.

Hanya ilmu sejarahlah kiranya yang pertama-tama dapat memperlihatkan adanya gejala kemasyarakatan sebagai wujud dari berlangsungnya hubungan antar manusia itu. Pertama sekali para sejarawan memperhatikan bahwa zaman dahulu kala ada orang yang khusus melakukan pekerjaan sebagai perantara dalam hal melaksanakan komunikasi antar manusia itu.

Untuk memenuhi keperluan orang terhadap kabar atau berita tentang orang lain atau keadaan di sekelilingnya, ataupun di tempat lain, terdapat orang-orang khusus yang melakukan pekerjaan dalam hal mencari berita atau kabar untuk disampaikan kepada orang-orang yang memerlukannya.

Willem Haversmit (1885: 3), melalui bukunya De Courant, mengingatkan kita pada orang Babylonia di mana menurut catatan Flavius Josephus, mereka telah memiliki para penulis sejarah yang bertugas menyusun cerita tentang kejadian sehari-hari dan kemudian menyiarkannya kepada orang lain.

Jauh sebelum itu, para ahli sejarah tersebut menuturkan hasil penyelidikannya yang bersandar pada buku Perjanjian Lama (Genesis 8 ayat 10-12), di mana dikisahka bahwa sewaktu di dunia ini turun hujan lebat tujuh hari tujuh malam terus menerus, timbulah air bah yang memusnahkan segala makhluk hidup dan semua tanaman sebagai pidana Tuhan terhadap kejahatan dan dosa manusia. Bandingkan dengan Al-Quran (surat Nuh ayat 25 dan surat Hud ayat 37-45).

Sebelum Allah Swt menurunkan hujan yang sangat hebat kepada kaum kafir, maka datanglah malaikat utusan Allah Swt kepaa Nabi Nuh agar ia memberitahukan cara membuat kapal sampai selesai. Kapal itu cukup untuk dipergunakan sebagai alat ebakuasi oleh Nabi Nuh beserta sanak keluarganya yang saleh dan segala macam hewan masing-masing satu pasang.

Tidak lama kemudian, seusainya Nuh membuat kapal, hujan lebat pun turun berhari-hari tiada henti, badai dan angin menghancurkan segala yang ada kecuali kapal yang dibuat oleh Nuh. Saat itu Nuh dan orang-orang yang beriman beserta hewan-hewan menaiki kapal tersebut.

Waktu terus berganti, namun air tetap menggenang dalam, seolah tidak berubah sejak semula. Sementara itu seluruh penumpang kapal mulai khawatir dan gelisah karena persediaan makanan mulai menipis. Semua penumpang mulai mempertanyakan mengenai keadaan daerah mereka. Guna memenuhi keinginan para penumpang, Nuh mengirimkan seekor burung dara ke luar kapal untuk meneliti keadaan air dan kemungkinan adanya makanan.

Setelah beberapa lama burung itu terbang mengamati keadaan air dan mencari makanan, tapi hasilnya sia-sia. Burung itu hanya melihat ranting pohon zaitun yang tampak muncul di permukaan air. Ranting itu pun dipatuknya dan dibawanya pulang ke kapalnya. Atas datangnya burung dara itu dengan membawa ranting itu, Nuh mengambil kesimpulan bahwa air bah sudah mulai surut, namun seluruh permukaan masih tertutup air, sehingga burung itu tidak menemukan tempat beristirahat. Demikianlah kabar itu disampaikan kepada seluruh penumpang.

Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang pencari dan penyiar kabar yang pertama di dunia. Bahkan sejalan dengan teknik-teknik dan caranya mencari berita itu, menunjukkan bahwa kantor berita pertama kali di dunia adalah kapal Nuh.

Data selanjutnya, diperoleh para sejarah negara Romawi pada permulaan berdirinya kerajan Romawi. Pada masa itu para pejabat tinggi kerajan Romawi (Imam Agung) mencatat segala kejadian penting yang diketahuinya pada annales (papan tulis yang digantungkan di serambi rumahnya). Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberithauan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.

Pengunguman sejenis itu dilajutkan oleh Julius Caesar pada zaman kejayaannnya. Caesar mengungumumkan hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-perturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan cara menuliskannya diatas papan tulis yang pada masa itu (60SM) dikenal dengan acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. semua berita di Acta diurna tersebut boleh dibaca dan dikutip untuk kemudian disebar luaskan ke tempat lain.

Praktik jurnalistik demikian kemudian dikembangkan oleh para budak belian orang-orang Romawi kaya, yang diberi tugas untuk mengumpulkan berita setiap hari. Para budak belian ini dijuluki denga istilah diurnarius atau diurnarii. Dalam hal ini tampak pertumbuhan jurnalistik beserta jurnalisnya yang sedikit profesional.

Ahli sejarah yang bernama Tacitus mengatakan bahwa dalam kegiatan jurnalistik selalu terjadi hal-hal berikut:

  1. Pada umunya publik tidak begitu senang terhadap berita-berita sensasi yang berlebihan.
  2. Sejak dulu primeur journalisticus (memperoleh produk jurnalistik paling awal) merupakan syarat terpenting dalam karya penyiaran atau pemberitaan.
  3. Sejak dulu pula abone (pelanggan) yang rewel itu ada.

Ada pun mengenai pemilihan dan penyusunan beritanya, Bascwitz (1949: 14) mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa berdasarkan isinya acta diurna tidak menunjukkan sifat-sifat resmi yang mutlak. Hanya saja, yang merupakan isi utamanya adalah mambatasi diri pada penyajian berita-berita saja.

Umur acta diurna “hanya” mencapai lima abad. Setelah kerajaan Romawi runtuh, maka hilang pula acta diurna. Namun demikian dari hasil penelitian sejarah mengetahui bahwa pada permulaan pertumbuhannya jurnalistik berjalan dengan kondisi sebagai berikut:

  1. Subjek penyajiannya berupa pemerintah. Yang menyelenggarakan penyiaran lewat acta diurna adalah kerajaan.
  2. Jurnalis atau wartawannya, sebagai perantara dalam penyiaran, terdiri dari mereka yang mencari dan menyiarkan berita dengan memperoleh upah.
  3. Alat penyiarannya berupa papan pengunguman (acta diurna) dan catatan-catatan para jurnarius yang diperbanyak, serta pemberitaan lisan dari para jurnarius tersebut.

Sejak hilangnya acta diurnia hingga kira-kira tahun 1000 SM, para ahli sejarah Eropa mengenal praktik pemberitaan berupa kirim mengirim surat, antar biara, istana, dengan perantara kurir. Sedangkan untuk kalangan rakyat biasa dikenal adanya minstreel (penyanyi keliling) yang membawakan nyanyian dalam bentuk lagu atau syair rakyat yang berisi informasi tentang peristiwa yang terjadi di tempat lain.

Setelah tumbuh perkembangan surat menyurat antar kaum politisi, cendikiawan, dan para pedagang baik dengan rekan-rekannya di dalam negeri maupun di luar negeri, mulai timbul perbaikan terhadap ritme kecepatan dan keaktualan berita-beritanya. Biasanya para pedagang menyertakan berita-berita lain yang terkadang secara tidak langsung dapat bermanfaat bagi usaha mereka. Kemudian rekannya menerima dan memperbanyak serta meneruskan berita tersebut kepada relasi yang lain. Demikianlah selajutnya surat-surat pedagang itu menjadi surat perkabaran walaupun masih sederhana.

Lonjakan terbesar di bidang jurnalistik pada tahun 1791 saat Revolusi Prancis berkobar. Suratkabar yang muncul bersifat selebarab yang dikeluarkan oleh tokoh politik, namun penguasa negara merasa khawatir. Kebebasan pers ditentang, ribuan wartawan masuk penjara, sementara 70 orang lainnya mengalami hukuman guillotine (hukum pancung).

Satu-satunya negara yang memberikan kebebasan pers adalah Inggris sejak tahun 1695 di mana Raja Willem III mencabut ketentuan wajib adanya lisensi perusahaan suratkabar. Perkembangan ini pun menjadi pendorong pertumbuhan suratkabar di negara-negara Eropa lainnya.

Untuk sampai menjadi ilmu pengetahuan yang bersifat akademis, jurnalistik berkembang dengan munculnya mata kuliah tentang persuratkabaran yang disebut Zeitungskunde di Universitas Bazel (Swiss) tahun 1884 oleh Karl Bucher. Jejak Bucher diikuti oleh Max Weber, ia menyatakan bahwa kenyataannya modal dan pemilik modal sangat penting bagi kehidupan persuratkabaran. Penting dalam arti perhitungan ekonomis dan redaksionalnya.

Sebagai lembaga sosial, Max Weber mengatakan, suratkabar memiliki kepribadiannya sendiri. Dalam hal ini yang ditonjolkan bukan pribadi masing-masing wartawannya, melainkan karya atau ideologi mereka yang mewarnai suratkabarnya pada umumnya berprinsip anonimitas.

Wilbur Schramm melalui uraiannya mengenai “The Nature of Mass Communication” dalam bukunya, The Process and Effects of Mass Communication. Ia menyebut institutionalized person sebagai sifat kelembagaan suratkabar itu. Menurutnya, by an institutionalized person we have his editorial colums through the facilities of institution and with mean such a person as the editor of a newspaper, who speaks in more voice and prestige than he would have if he was speaking without the institution.

Sejak dikenalnya ilmu publistik, jurnalistik dan pers pun berkembang sejalan dengan perkembangannya. Dalam praktiknya kini telah banyak penerbitan suratkabar terkenal, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Juga lembaga-lembaga penyiaran seperti kantor-kantor berita, stasiun-stasiun radio ataupun televisi dan film, yang jauh lebih maju dalam perlengkapan instrumennya, jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

Dalam memelihara kelestarian kemajuan jurnalistik dan pers, terdapat lembaga Internasional Federation of Newspaper Publisher yang bertugas menjamin kepentingan etika dan ekonomi suratkabar. Juga ada Internasional Federation of Jurnalism (IFJ), yang bertugas meningkatkan standar mutu profesi jurnalistik, mempertahankan kemerdekaan pers, dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan pers di negara-negara berkembang.

International Film and Television Council (IFTC) bertugas memajukan usaha negara anggotanya dalam hal perfilman dan penyiaran melalui televisi disamping diadakan tukar menukar informasi.

Hubungan Jurnalistik Dengan Pers

Dalam kehidupan sehari-hari istilah jurnalistik jarang kita dengar. Kita lebih sering mendengar istilah pers, apabila terkait dengan kegiatan yang ada hubungannya dengan jurnalistik. Istilah pers berasal dari bahasa asing (Bahasa Inggris). Dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah persen. Aslinya pers ditulis press, yang berarti ‘percetakan’ atau ‘mesin cetak’. Mesin cetak inilaha rupanya yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang mengatakan pers itu untuk maksud persuratkabaran.

Dari gambaran tersebut terdapat dua pengertian umum dari pers. Pertama, secara sempit, pers dimaksudkan sebagai persuratkabaran. Kedua, secara luas pers mengandung arti suatu lembaga kemasyarakatan yang menjalankan kegiatan jurnalistik.

Semua komentar tentang suatu peristiwa di dunia baik itu merupakan pendapat maupun kejadian akan selalu menarik perhatian. Karena itu Leslie Stephens mengatakan bahwa jurnalistik terdiri dari penulisan tentang hal-hal yang penting dan belum Anda ketahui (Bond, 1961: 1).

Para ahli filsafat menyatakan bahwa pers sebagai suatu kegiatan pemberitahuan tentang apa-apa yang diharapkan umum kepada umum. Menurut mereka karya pers adalah melayani umum dalam memberikan kenyataan-kenyataan yang seharusnya diperoleh rakyat, sebab kenyataan-kenyataan itulah yang akan memberikan kemerdekaan kepada rakyat.

Dalam hal ini kedudukan pers lebih tinggi dan penting, karena yang dimaksudkan dengan istilah kemerdekaan dalam pernyataan tersebut tidak hanya berarti kemerdekaan fisik saja, melainkan juga mencakup kemerdekaan psikis (jiwa).

Hal demikian jelas terlihat dalam fungsi pers Indonesia (Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 setelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982) yang menetapkan bahwa Pers Nasional mempunyai fungsi kemasyarakatan, pendorong, dan pemupuk daya pikiran kritis dan konstruktif-progresif, yang meliputi segala perwujudan kehidupan masyarakat Indonesia (Effendy, 1983: 693).

Dari pernyataan tadi, dapat disimpulkan bahwa secara luas pers merupakan sutau lembaga kemasyaraatan yang kegiatnnya melayani dan mengatur kebutuhan hati nurani manusia selaku makhluk sosial dalam kehidupannya sehari-hari.

Dalam organisasinya, pers akan menyangkut segi-segi isi dan akibat dari komunikasi yang melibatkannnya. Baik suratkabar, radio, maupun televisi dalam kegiatannya sebagai komunikasi massa.

Demikain pula akibat dari penerbitan atau penyiaran akan tercakup dalm segi-segi kegiatan pers itu. Baik itu berupa artikel, foto atau musik dan drama yang ditayangkan melalui televisi atau diperdengarkan melalui radio akan selalu membawa perubahan situasi dan kondisi kepada khalayakya. Perubahan dimaksud akhirnya akan membuahkan suatu opini publik, secara langsung atau pun tidak. Apapun yang terjadi, sudah tentu menjadi tugas dan kewajiban pers untuk menyiarkan kembali kepada khlayak.

Pers sangat erat kaitannya dengan jurnalistik. Pers sebagai media komunikasi massa tidak akan berguna apabila semua sajiannya jauh dari prinsip-prinsip jurnalistik. Sebaliknya karya jurnalistik tidak akan bermafaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai medianya. Pers adalah media khusus untuk digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik kepada khlayak.

Secara sempit pers adalah suatu wadah penyajian karya jurnalistik yang berupa informasi, hiburan ataupun keterangan dan penerangan. Sedangkan jurnalistiknya merupakan kejuruan atau keahlian dalam mewujudkan informasi, hiburan ataupun keterangan dan penerangan dalam bentuk berita, tajuk, kritik, ulasan, ataupun artikel-artikel lainnya.

Secara luas pers dan jurnalistik merupakan satu kesatuan (institusi) yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan ataupun keterangan dan penerangan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya sehari-hari.

Kesatuan dimaksud merupakan unit kerja dari seluruh komponen yang bersangkutan dalam bidang penyiaran. Jadi, merupakan suatu organisasi penyiaran yang meliputi unsur-unsur manusia, biaya, bahan-bahan, mesin-mesin, metode kerja, dan pemasaran hasil karyanya. Bahkan lebih luas lagi menyangkut segi akibat dari hasil karya organisasi tersebut timbul dalam masyarakat sebagai opini publik dengan segala bentuknya.

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

go for green!!!

go for green!!!
panitia pra fisip inauguration dua

welcome my new friend

welcome my new friend
haii...hai....thx for buka blog ku

berKOMUNIKASI yuuuk!!!